Menjadi Bassist: Fondasi yang Terlupakan (Sebuah Catatan Sederhana)


WAKTU GUE masih SMP, gue tergabung dalam ekskul band. Pada waktu itu gue dan teman2 band gue dapat kesempatan untuk ngejam bareng para guru.

Waktu itu kebetulan bas yang ada di sekolah mengalami kerusakan di bagian peg-nya. Mendengar hal itu, guru gue cuman bilang, “Alah, bas doang? udah kita maennya ga usah pake bas, toh bas juga ga terlalu penting

ILUSTRASI

Ada yang bilang jadi bassist itu gampang.

Ada yang bilang menjadi bassist itu hanya sebagai posisi “buangan”, karena rata rata pemain bas dalam band amatir adalah seorang gitaris yang ga kebagian jatah jadi gitaris.

Ada yang bilang bahwa bass hanya instrumen ga penting yang cuma jadi bayangan, tenggelam di antara gitar, drum, dsb.

Well, gue ga bisa menyalahkan beberapa pernyataan miring diatas, karena wajar bila masyarakat awam tidak terlalu paham mengenai peran dari bas.

Bahkan banyak “anak band”yang terlalu mengesampingkan peran bas, baik itu secara skill maupun cara melakukan setting equalizernya.

Banyak yang ga tahu kalo tanpa bas, maka musik yang dimainkan dalam sebuah band terasa garing, tidak berbobot, dan sangat tidak seimbang.

Secara alami, nada itu terbagi dalam suara tinggi (treble), dan suara rendah (bass), jadi ketika sebuah nada dimainkan secara duet, nada tinggi biasanya menjadi tema utama sedangkan nada rendah menjadi pengiring didalam melodi.
Pernahkah kalian mendengar tentang enharmonic series? Jadi penjelasan sederhananya, didalam nada rendah (bass) yang dimainkan terdengar seperti ada akor didalamnya, jadi fungsinya seperti menjadi fondasi dalam sebuah melodi dan harmoni, kira2 itulah fungsi bas.
Dalam format band , bas elektrik tidak hanya sebagai pemberi fondasi kepada melodi, tapi juga kepada semua instrumen secara keseluruhan.
Terhadap vokal,gitar dan kibor, bas berfungsi sebagai pemberi nada rendah baik kepada melodi maupun harmoninya. Sedangkan terhadap drum, bas berfungsi sebagai “pemberi nada” terhadap beat yang dimainkan oleh drum
Menjadi bassist juga ga bisa asal2an. Banyak hal yang harus dipelajari ketika kita menjadi bassist. Teknik yang paling mutlak untuk pertama kali adalah penjarian.

ILUSTRASI
Kenapa penjarian? karena penjarian atau fingering sangat berpengaruh terhadap kualitas tone dan sangat membantu ketika memainkan teknik yang sulit.
Gue sering banget ngeliat pemain bas yang penjariannya sangat parah, contohnya adalah banyak bassist yang tidak memaksimalkan ke-empat jari tangan kiri nya ketika bermain. Padahal dengan memaksimalkan semua jari, permainan bas akan menjadi lebih efektif dan lebih terlihat “professional”
Selain itu gue juga nemuin para bassist amatir terlalu sering memainkan nada bawah dan hampir tidak ada fill-in diantara nada yang dimainkan, kalopun ada hanya sekedar passing note secara kromatis semata.
Selain “bermain bas standar”, ada banyak varian teknik permainan yang terdapat di dalam bas, seperti slapping & popping, tapping, bahkan di dalam bas kita memainkan sebuah akor layaknya gitar !
Banya referensi pemain bas professional yang bisa lo contoh, seperti Victor Wooten, Marcus Miller, atau dari dalam negeri seperti Barry Likumahuwa atau Indro Hardjodikoro.
Intinya kalo untuk bermain instrumen musik apapun tetap butuh pembelajaran yang intens dan disiplin.

Jangan memilih bas sebagai jalan pintas, tapi jadikan bas sebagai salah satu bagian dari cerita musikmu.. 

Comments