Optimisme dalam GAS! oleh FSTVLST

Ilustrasi (sumber: freepik.com)

Lagi-lagi kita berbicara tentang FSTVLST. 

Jika sebelumnya saya sudah membahas tentang analisis musik secara material maka sekarang saya akan membahasnya secara kontekstual. 

Single dari FSTVLST yang berjudul GAS! diluncurkan pada tahun 2018.

Lagu tersebut merupakan bagian dari album II milik mereka diluncurkan dalam waktu yang berdekatan.

Ada hal unik yang terjadi sebelum perilisan single. 

FSTVLST mengajak para beberapa orang dan penggemarnya untuk merilis video singkat di instagram. 

Video yang diunggah harus berisi cerita tentang cita-cita atau jalan hidup yang mereka inginkan, kemudian menceritakan kondisi realita hidup mereka sekarang. 

Setelah di akhir video harus mengatakan "berjalan tak sesuai rencana adalah hal biasa, jalan sebaik-baiknya adalah jalani sebaik yang kau bisa.”

Kalimat ini belakangan diketahui adalah sebagian lirik refrain dari lagu GAS!

Strategi Narasi Optimisme lagu GAS!

Kampanye ini cukup berhasil, banyak orang yang mengunggah sesuai yang diminta Farid Stevy dkk. 

Orang-orang yang mengirimkan video tersebut tidak hanya dari kalangan orang biasa, melainkan beberapa musisi jogja. 

Bahkan artis nasional seperti Chico Jericho (Filosofi Kopi) ikut menggunggah video tersebut. 

Video-video tersebut kemudian diunggah ulang oleh admin FSTVLST agar dapat dibuat monokrom dan ditambahkan logo album kedua mereka. 

Orang-orang “biasa” yang terpilih untuk diunggah ulang oleh FSTVLST kebanyakan memiliki kisah hidup yang kontras. 

Misalnya yang dulunya adalah karyawan swasta di bank ternama kemudian berganti profesi menjadi supir ojek online. 

Terdapat pula kisah seorang yang sudah kuliah dan akhirnya harus drop out. 

Dari beberapa video tersebut dapat terlihat bahwa FSTVLST ingin menarasikan sebuah optimisme bahwa jalan hidup terbaik adalah iklhas terhadap hal terbaik yang sudah mereka punya. 

Promo ini juga ingin mewacanakan sebuah motivasi hidup bahwa hidup secara realistis adalah cara untuk mendapat kebahagiaan.

Baca Juga: FSTVLST - GAS! : Content Musik Which is Content?

Optimisme dalam GAS!

Cara pandang yang positif seperti optimisme mampu menjadi “gula” untuk memberikan value pada sebuah karya. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, optimisme adalah paham atau keyakinan atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan atau sikap untuk selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal.

Selain itu menurut Oxford Dictionary of English, optimisme adalah sebuah pengharapan dan keyakinan baik tentang sesuatu di masa depan. 

Berdasarkan dua definisi tersebut, bisa dikatakan bahwa optimisme menekankan kepada sudut pandang terhadap sesuatu yang belum terjadi ke arah yang lebih baik.


Optimisme yang dicanangkan oleh FSTVLST dalam lagu GAS! berupa jargon-jargon optimis yang “dikemas” dalam sebuah lagu. 

Agar sebuah narasi tentang optimisme terasa kuat, maka video-video tentang optimisme dari para fans berfungsi sebagai preacher yang mendengungkan nilai tersebut. 

Hasilnyapun lumayan baik bagi FSTVLST. 

Jumlah view video lagu GAS! hingga agustus 2019 sudah mencapai kurang lebih 183.000. 

Memang dibandingkan view musisi indie lain yang seangkatan seperti The S.I.G.I.T dan Kelompok Penerbang Roket terbilang jauh. 

Biarpun begitu jika dibandingkan dengan seluruh video yang mereka pernah di-upload oleh FSTVLST, jumlah view tersebut adalah jumlah terbesar yang mereka dapat di Youtube.

Optimisme di Antara Negativisme

Narasi optimisme yang “dilempar” oleh FSTVLST terjadi di kala era ini dipenuhi oleh negativisme yang berlebihan dari segala sudut aspek kehidupan di Indonesia. 

Situasi politik tahun 2018 cenderung memanas dan setiap sisi saling melempar kebohongan dan hate speech. 

Selain itu dari sudut pandang ekonomi, kaum milenial yang rata-rata berusia produktif semakin disudutkan dengan budaya kerja. 

Salah satu contohnya adalah artikel yang ditulis oleh Tirto menjelaskan tentang overwork yang sudah menjadi “budaya positif” di kalangan milenial. 

Selain itu terjadinya penguatan konsevartisme dalam kehidupan beragama di Indonesia mempengaruhi suasana iklim negatif di seantero negeri. 

Menurut artikel yang ditulis oleh Wasisto Raharjo Jati dalam tempo.co dikatakan bahwa konservatisme tersebut semakin kuat terutama di kelas menengah. 

Sebagian masyarakat menjadi merasa lumrah dengan nilai-nilai “supremasi mayoritas” dan tidak segan untuk menyatakan “ketidaksukaan” terhadap orang yang berbeda dengan mereka. 

Narasi optimisme dalam lagu GAS! oleh FSTVLST menjadi sesuatu yang fresh dan mendapat respon yang postif dari para penggemarnya.

Penggunaan jargon-jargon optimisme banyak didengungkan sebelumnya oleh banyak musisi, baik itu oleh musisi luar maupun dalam negeri. 

Lagu Heal The World oleh Michael Jackson sangat “menjanjikan” untuk segi optimisme.

Lagu tersebut “kebetulan” diluncurkan saat penghujung perang dingin dan masih menghangatnya isu rasisme seperti apartheid. 

Musisi lokal seperti D’masiv juga meluncurkan lagu Jangan Menyerah ketika waktu itu Indonesia banyak mengalami bencana alam dan aksi terorisme. 

Memang tidak ada pernyataan secara mereka secara resmi tentang kaitan antara momentum dengan konten lagu yang mereka luncurkan. 

Biarpun begitu tidak bisa dipungkiri bahwa lagu bernuansa optimisme ditengah negativisme bisa menjadi setitik oase bagi beberapa orang.

Baca Juga : Kelompok Penerbang Roket - Arah Eksplorasi Baru dari KPR

“Jalani Sebaik Kau Bisa”

Fenomena ini tetap perlu disikapi dengan seksama dan hati-hati. 

Jason Toynbee dalam bukunya yang berjudul Making Popular Music: Musicians, Creativity, and Institutions (2000) membahas perihal value sebuah karya dalam musik populer yang ada (atau sengaja diadakan). 

Toynbee mengatakan bahwa musisi musik populer secara terbatas menjadi agen transformatif, pertama sebagai penghasil gagasan keinginan untuk hidup yang lebih baik dan sebagai sosok contoh yang mampu bertindak secara otonom. 

FSTVLST dengan lagu GAS! Menunjukkan bahwa mereka menghasilkan suatu sudut pandang lain tentang optimisme yang dikaitkan dengan kehidupan orang pada umumnya. 

Lagu ini juga salah satu bukti tindakan FSTVLST menunjukkan sebagai sekelompok orang yang independen yang mampu menunjukkan ketangguhan pribadi untuk menjalani hidup apa adanya. 

Sosok-sosok ini yang mungkin semakin “memikat” orang-orang untuk menyukai FSTVLST dan membuat setiap konser FSTVLST tetap ramai. 

Namun jangan sampai orang-orang terlena dengan optimisme yang berlebihan sehingga justru menjadi sekelompok orang yang naif dan acuh tak acuh terhadap perkembangan dunia.